Di suatu tempat dengan belenggu kehampaan
Tanpa ada hirauan dan senyuman
Disitu aku sendiri
Duduk sendiri, dan hanya dapat berdiam diri
Hanya sebuah alunan syair bernada
Sebagai ungkapan ekspresi jiwa
Yang tertanam di dalam dada
Membusuk, menjadi tak bernyawa
Gelas berisi cairan para pendosa
Hembusan asap di hela nafas
Menjadi saksi bisu untaian sebuah rasa
Yang menodai, layaknya goresan dalam sebuah kanvas
Tak tahu harus berbuat apa
Pikiran seakan di belenggu kegelapan
Ketika emosi meluap tak beraturan
Hanya air mata yang berjatuhan di atas dada
Bagai manusia berkelamin ganda
Yang tak berarti, tak bernyawa
Yang menjadikan air mata sebagai ungkapan perasaan
Suatu hal yang menjijikan adalah sebuah tangisan